Komunisme adalah paham atau ideologi (dalam bidang politik) yang menganut ajaran Karl Marx dan Fredrich Engels, yang hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantikannya dengan hak milik bersama yang dikontrol oleh negara. Demikianlah Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan apa itu komunisme. Meski singkat dan belum bisa menggambarkan keseluruhan wajah komunisme, setidaknya definisi ini memberi informasi awal mengenai ideologi bobrok tapi menarik itu.
Komunisme adalah paham atau ideologi (dalam bidang politik) yang
menganut ajaran Karl Marx dan Fredrich Engels, yang hendak menghapuskan
hak milik perseorangan dan menggantikannya dengan hak milik bersama yang
dikontrol oleh negara. Demikianlah Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan
apa itu komunisme. Meski singkat dan belum bisa menggambarkan
keseluruhan wajah komunisme, setidaknya definisi ini memberi informasi
awal mengenai ideologi bobrok tapi menarik itu.
Sayuti Melik
(1908-1989), pengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
dan juga pernah menjadi anggota Partai Komunis Indonesia (PKI),
mengatakan, “Kalau ada anak muda baca Manifesto Komunis, belajar
Marxisme-Leninisme, lantas tak tertarik, maka dia anak muda bebal. Tapi
kalau sudah mendalami Marxisme-Leninisme, sampai tua masih tetap
komunis, maka dia sangat bebal.”
Karx Marx: Sang Ideolog yang Gagal dalam Hidupnya
Berbicara
tentang komunisme tidak bisa dilepaskan dari pencetusnya, Karl Max. Ia
lahir pada 5 Mei 1818 di Trier Jerman dari keluarga Yahudi. Ia
merumuskan ideologi komunisme bersama sahabat karibnya, Friedrich
Engels, atas pesanan kelompok Freemasonry. Dalam kongresnya di New York
pada 1829, salah seorang utusan Freemasonry Inggris bernama Wright
menyatakan bahwa mereka telah menerima penggabungan diri kaum nihilis
dan atheis dengan menggunakan nama baru, yaitu komunisme.
Ideologi
komunisme diramu Marx dari berbagai pemikiran filsafat yang telah
muncul sebelumnya, yaitu atheisme dan materialisme milik Feuerbach,
dialektika milik Hegel, evolusi sejarah milik Darwin, teori harta milik
Proudhon, serta terori nilai dan nilai lebih milik Ricardo. Berhubungan
dengan ini, Raymond Aron menyimpulkan bahwa Marxisme tidak lain adalah
himpunan yang dibuat secara cerdik dari segala sesuatu yang telah
dikatakan oleh non-Marxist. Apabila semua pemikiran filsafat tadi
dicopot dari komunisme, tidak ada yang tertinggal kecuali kerangka
kosong.
Meski ramuan ideologi komunisme Marx cukup menarik serta
menjanjikan kehidupan masyarakat yang baik dan sejahtera, tetapi dalam
kenyataannya Marx sendiri adalah orang yang gagal dalam hidupnya. Ia
sangat benci dan dendam terhadap agama karena ayahnya sebagai pendeta
Yahudi liberal beralih agama –juga mengajak keluarganya– menjadi
pengikut Kristen-Protestan. Peralihan agama ini dilakukan karena dengan
menjadi Protestan yang merupakan agama resmi negara Jerman dipandang
lebih menguntungkan daripada menjadi Yahudi. Kenyataannya, kekristenan
ayah Marx setelah dibabtis tidak lebih baik daripada keyahudiannya
sebelumnya.
Selain pendendam, Marx juga dikenal sebagai orang yang
pemalas, jorok, perokok berat dan menelantarkan keluarganya. Kamarnya
kotor, penuh debu, berantakan dan berbau asap rokok. Istrinya pun,
Jenny, merasa jijik duduk di kamar Marx. Seumur hidupnya, Marx tidak
pernah serius mencari kerja untuk anak dan istrinya. Sahabatnya,
Friedrich Engels, menanggung biaya hidup Marx beserta keluarganya. Oleh
karena kacaunya hidup keluarga Marx, dua putri dan seorang menantunya
bunuh diri, sementara tiga orang anak lainnya mati karena kurang gizi.
Demikian Arnold Kunzli menceritakan dalam buku Karl Marx Eine Psycho-Graphie.
Meski
Marx tidak bisa mengurus diri dan keluarganya, namun para pengikutnya
berusaha menjadikan komunisme sebagai ideologi untuk mengatur
masyarakat. Ideologi ini kemudian dikembangkan oleh tokoh-tokoh lain,
seperti Vladimir Lenin, Josef Stalin dan Mao Tse Tung. Di tangan mereka,
komunisme semakin menjadi bencana bagi dunia.
Sneevliet: Perintis Jalan Komunisme di Hindia Belanda
Komunisme
diperkenalkan ke negeri ini oleh Hendricus J.F.M. Sneevliet, seorang
aktivis sosialis dan Freemasonry Belanda yang datang ke Surabaya pada
1913. Di kota ini, semula ia bekerja sebagai pemimpin redaksi Handelsblad
selama dua bulan. Selanjutnya, ia pindah ke Semarang dan bekerja
sebagai sekretaris Kamar Dagang. Bersama orang Belanda lain, Adolf
Baars, ia mendirikan Indische Sociaal Democratiesche Vereniging (ISDV),
yang mulanya suatu perkumpulan orang-orang Indo yang tidak bersifat
komunis. Tetapi segera organisasi ini mempropagandakan pemikiran yang
bersifat sosialis dan mengubah dirinya menjadi perkumpulan komunis
setelah berhasilnya revolusi di Rusia.
ISDV ingin memainkan
peranan memimpin dalam pergerakan rakyat umumnya. ISDV berusaha
mempengaruhi organisasi-organisasi lain, terutama organisasi-organisasi
massa untuk maksud tersebut. Mereka memperoleh tanah subur dalam Sarekat
Islam setempat di Semarang yang saat itu dipimpin oleh Semaun.
Semaun: Anak Muda Cerdas Penuh Semangat
Semaun
lahir di Jombang pada 1899 sebagai anak buruh kereta api. Meski bukan
anak priyayi, ia sempat menikmati pendidikan Barat di Tweede Klas (Sekolah Bumiputra kelas dua). Setelah lulus, ia bergabung dengan Staatsspoor (SS) sebagai juru tulis pada 1912 di usia 13 tahun. Tahun berikutnya, ia bergabung dengan Sarekat Islam (SI) afdeling
Surabaya dan berguru kepada H.O.S. Tjokroaminoto. Karier Semaun cukup
bagus. Setahun berikutnya, ia tampil ke muka sebagai sekretaris SI
Surabaya.
Pada awal 1915, ia bertemu Sneevliet di Surabaya dan
terkesan dengan “sikap manusiawi dan tulus” Sneevliet yang sama sekali
bebas dari “mentalitas kolonial” Belanda. Ia pun bergabung dengan ISDV
dan VSTP (Vereeniging voor Spoor-en Tramwegpersoneel),
serikat buruh kereta api dan trem, yang juga didirikan oleh Sneevliet.
Kariernya di ISDV cemerlang. Ia segera menjadi sekretaris ISDV Surabaya
yang didominasi oleh orang Belanda. Setahun berikutnya, Semaun pindah ke
Semarang menyusul kepindahan gurunya, Sneevliet. Di Semarang, ia menjadi redaktur surat kabar VSTP berbahasa Melayu dan Sinar Djawa-Sinar Hindia, koran Sarekat Islam Semarang.
Takashi
Shiraisi, sejarawan Jepang yang banyak mengkaji Indonesia,
menggambarkan Semaun sebagai pemuda belia yang cerdas, baik hati dan
penuh semangat. Oleh karena itu, baik pegawai Belanda maupun pemimpin
pergerakan yang lebih tua tidak melihatnya sebagai gangguan. Mereka
justru melihat Sneevliet di belakangnya dan menyalahkannya tentang apa
saja yang dianggap tidak cocok tentang Semaun. Tjokroaminoto menganggap
Sneevliet sebagai pengganggu, tetapi melihat Semaun sebagai wakil kaum
muda pasca-perang dari generasi yang lebih muda. Menurutnya, radikalisme
Semaun berasal dari darah mudanya, bukan dari keyakinan ideologinya.
Menggerogoti Sarekat Islam
SI
semula membolehkan anggotanya merangkap keanggotaan di organisasi lain,
termasuk ISDV. Oleh karena itu, di beberapa cabangnya, banyak anggota
Sarekat Islam merangkap juga menjadi anggota ISDV. Akan tetapi,
kegiatan-kegiatan ISDV dalam lingkungan SI ternyata menggoncangkan
organisasi massa Islam terbesar ini. Para pemimpin SI yang anti-komunis
mulai bertanya apakah kegiatan-kegiatan itu tidak didukung oleh pihak
Belanda sendiri, sebagai usaha untuk memecah organisasi ini yang memang
tumbuh dengan pesat dan yang telah menyebabkan timbulnya ketakutan di
kalangan banyak orang Belanda.
Abdul Muis menulis bahwa Sneevliet
seakan sengaja dikirim ke Hindia (Belanda) untuk memecah gerakan rakyat.
Oleh karena itu, ia menuntut agar pemerintah membuang Sneevleit dari
Hindia. Agus Salim juga mengecam, “Kaum sosialis itu membuta tuli saja
hendak memindahkan sengketa dan perselisihan di rumah tangganya (Eropa)
ke tanah air kita, padahal suatu pun tidak ada sebabnya bagi kita akan
bersengketa atau berselisih dalam rumah tangga kita.”
Dari
Semarang yang merupakan pusat ISDV, Semaun dan teman-temannya mulai
menggerogoti SI. Mereka menyebarkan pemikiran komunisme disertai kecaman
terhadap para pemimpin pusat SI, terutama Abdul Muis dan Agus Salim.
Tjokroaminoto bahkan pernah dituduh menggelapkan uang oleh teman Semaun,
Darsono, meskipun akhirnya Darsono meminta maaf. Kebijakan yang diambil
oleh para pemimpin tersebut diserang, bahkan kemudian meluaskannya
menjadi persoalan pribadi.
Dalam kongres di Surabaya pada Oktober
1921, akhirnya SI pecah. Orang-orang komunis dikeluarkan dari SI. Mereka
SI dari Semarang, Solo, Salatiga, Sukabumi dan Bandung. SI yang
terpengaruh oleh komunisme itu sering disebut SI Merah. Semaun bersama
teman-temannya kemudian melanjutkan perjuangan Sneevliet yang telah
diusir dari Hindia Belanda. Semaun menjadi ketua pertama Partai Komunis
Indonesia (PKI) yang berdiri 5 bulan sebelum perpecahan SI. Sebelum itu,
nama PKI adalah Partai Komunis Hindia sebagai kelanjutan perjuangan
ISDV.
Meski lahir dari rahim umat Islam, kelak setelah Indonesia
merdeka justru umat Islamlah yang dibantai oleh PKI. Di mana pun muncul
dan berkembang, komunisme memang selalu menjadi parasit bagi agama
mayoritas. Wallahu a‘lam.
Dikutip : Dari Majalah An-najah Edisi 130 Rubrik Tema Utama I Hal ; 4
Penulis : Muhammad Abu Faris
