Karakteristik Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Karakteristik Ke -7 : Menggabungkan antara dua kewajiban, yaitu al-Ittiba’ (mengikuti) dan al-Ijtima’ (berkumpul dan bersatu)
Yang dimaksud al-Ittiba’ adalah mengikuti petunjuk nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di
dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama. Mereka selalu mempelajari
al-Qur’an dan hadits dengan merujuk kepada perkataan para ulama yang
diakui otoritas keilmuannya.
Dan yang dimaksud al-Ijtima’
adalah berkumpul dan bersatu dengan elemen umat Islam lainnya. Mereka
berusaha merangkul semua komponen umat Islam dalam rangka saling
mengingatkan dalam kebenaran dan saling mengingatkan di dalam kesabaran.
Sebagaiman firman Allah :
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“ Dan mereka saling berwasiat di dalam kebenaran dan saling berwasiat di dalam kesabaran.“ (Qs.al-‘Ashr : 3)
Begitu juga mereka berkumpul dan bersatu
untuk saling bekerjasama dalam menegakkan kebaikan dan mengamalkan
ketaqwaan, sebagaimana firman Allah :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
“ Saling tolong menolonglah dalam kebajikan dan ketaqwaan.”(Qs.al-Maidah:2)
Mereka berkumpul dan bersatu dalam rangka mengamalkan sunnah, karena salah satu sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah berkumpul dan bersatu.
Karakteristik Ke-8 : Memiliki Akhlaq Mulia dan Istiqamah dalam Beribadah .
Salah satu ciri Ahlus Sunnah wal Jama’ah
adalah mereka memiliki akhlaq mulia, sebagaimana yang terdapat dalam
hadist Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ
الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي
وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا
وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
"Aku akan menjamin rumah di tepi
surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku
juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan
kedustaan meskipun hanya bergurau, Dan aku juga menjamin rumah di syurga
yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik." (HR.Abu Daud, 4167)
Ini dikuatkan dengan hadist Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah di tanya :
مَا أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ
الْجَنَّةَ قَالَ التَّقْوَى وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ مَا أَكْثَرُ مَا
يُدْخِلُ النَّارَ قَالَ الْأَجْوَفَانِ الْفَمُ وَالْفَرْجُ
“Perkara apa yang banyak
menyebabkan masuk surga?" beliau menjawab: "Takwa kepada Allah dan
akhlak yang mulia." Dan beliau di tanya; "Perkara apa yang banyak
menyebabkan masuk neraka?" beliau menjawab: "Dua rongga yang terbuka
yaitu mulut dan kemaluan." (HR. Ibnu Majah, 4236)
Karakteristik Ke-9 : Terus menerus menegakkan perintah Allah sepanjang waktu dan di setiap tempat. Ini sesuai dengan hadist Mu’awiyah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي
أُمَّةٌ قَائِمَةٌ بِأَمْرِ اللهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ
مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ عَلَى ذلِكَ
“Senantiasa ada
segolongan dari ummatku yang selalu menegakkan perintah Allah, tidak
akan mencelakai mereka orang yang tidak menolong mereka dan orang yang
menyelisihi mereka, sampai datang perintah Allah dan mereka tetap di
atas yang demikian itu.” (HR. Bukhari, 3641dan Muslim, 1037)
Hadist di atas menunjukkan
bahwa orang-orang yang menegakkan kebenaran dan melaksanakan perintah
Allah akan selalu ada di tengah-tengah masyarakat sampai datang hari
kiamat. Termasuk di akhir zaman ini, di mana kemungkaran, kebatilan,
kemaksiatan semakin menggurita dan merajela, sedangkan kejujuran,
keadilan, kebenaran, ketaatan semakin redup dan terpinggirkan. Walaupun
demikian, kita tetap yakin bahwa masih ada sekelompok orang yang terus
berjuang menegakkan ajaran-ajaran Allah, siang malam tanpa kenal lelah.
Berkata an-Nawawi di dalam Syarh Shahih Muslim (13/ 66) :
ويُحتَمل أن هذه الطائفة مفرَّقة بين أنواع
المؤمنين، منهم شجعانٌ مقاتلون، ومنهم فقهاء، ومنهم محدِّثون، ومنهم
زهَّاد، وآمرون بالمعروف وناهون عن المنكر، ومنهم أهل أنواع أخرى من الخير،
ولا يلزم أن يكونوا مجتمعين، بل قد يكونون متفرقين في أقطار الأرض
“ Golongan ini bisa jadi terbagi-bagi
dalam beberapa kelompok dari kaum mukminin, diantara mereka adalah para
petarung yang pemberani, para ahli fiqh, para ahli hadits, para zuhud,
para penegak amar ma’ruf dan nahi mungkar, dan kelompok-kelompok
lainnya. Mereka tidak harus berkumpul di satu tempat, tetapi bisa jadi
mereka terpencar di seluruh penjuru dunia.“ (Hal yang senada juga
disampaikan oleh Ibnu Hajar di dalam Fathu al-Bari (18/295)
Karakteristik Ke-10 :
Idola mereka adalah para sahabat, tabi’in, dan tabi’u at-tabi’in serta
ulama-ulama sesudahnya. Ini sesuai dengan perkataan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
مَن كانَ مُسْتَنًّا ، فَلْيَسْتَنَّ بمن قد
ماتَ ، فإنَّ الحيَّ لا تُؤمَنُ عليه الفِتْنَةُ ، أولئك أصحابُ محمد -
صلى الله عليه وسلم - ، كانوا أفضلَ هذه الأمة : أبرَّها قلوبًا ، وأعمقَها
علمًا ، وأقلَّها تكلُّفًا ، اختارهم الله لصحبة نبيِّه ، ولإقامة دِينه ،
فاعرِفوا لهم فضلَهم ، واتبعُوهم على أثرهم ، وتمسَّكوا بما استَطَعْتُم
من أخلاقِهم وسيَرِهم ، فإنهم كانوا على الهُدَى المستقيم
“ Siapa saja yang mencari teladan,
hendaknya mencari teladan dari orang-orang yang sudah mati, karena orang
yang masih hidup, tidak aman dari fitnah, mereka itulah para sahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah
generasi terbaik umat ini, merekalah orang yang paling baik hatinya,
paling mendalam ilmu agamanya, paling sederhana hidupnya. Allah telah
memilih mereka untuk mendampingi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan untuk menegakkan agama-Nya. Kenalilah keutamaan mereka, dan
ikutilah jalan mereka. Dan pegang teguh akhlaq dan perilaku mereka
semampu kalian, karena mereka semua berada pada shiratal mustaqim (jalan yang lurus)” ( Ibnu Abdil Barr, Jami’ Bayan al-Ilmi wa Fadhlihi:2/97)
Karakteristik Ke-11 : Sportif dan jujur dalam menghukumi orang, menghormati para ulama tetapi tidak mengkultuskan mereka.
Karakteristik Ke-12 :
Toleransi dalam perbedaan pendapat selama itu berdasarkan dalil dan
perkataan para ulama, serta tidak mudah menyesatkan pihak yang berbeda
pendapat dalam beberapa masalah agama.
Karakteristik Ke-13 :
Memerangi fitnah kekufuran dengan segala cara yang diizinkan syariat;
dengan ilmu dan penjelasan, kadang dengan kekuatan dan senjata sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan. Menghindari hal-hal yang menimbulkan
fitnah. Tetapi jika fitnah tersebut terjadi, mereka berusaha untuk
menjauhi sebisa mungkin.
Karakteristik Ke-14 :
Memandang bahwa ahli bid’ah bertingkat-tingkat, sehingga bersikap dengan
mereka sesuai dengan kondisi masing-masing. Di dalam menghukumi ahli
bid’ah secara umum berbeda dengan menghukuminya secara perorangan. Kalau
perorangan harus konfirmasi kepadanya langsung dan disampaikan
dalil-dalil kepadanya serta dihilangkan syubhat (kesalahpahaman) darinya.
Karakteristik Ke-15 :
Tidak mengkafirkan, menfasikkan atau menganggap berdosa kepada para
ulama hanya karena ijtihad yang salah atau mentakwilkan sesuatu
khususnya di dalam masalah khilafiyah.
Karakteristik Ke-16 : Melaksanakan sholat berjama’ah dan Jum’at di belakang Imam yang muslim.
Karakteristik Ke-17 :
Selalu memperhatikan urusan kaum muslimin, menolong dan melaksanakan
hak-hak mereka, serta menghindari diri dari hal-hal yang menyakiti hati
mereka.
