H.T.Romly Qomaruddien,MA. ( Ketua Ghazwul Fikri dan Harakah Haddamah Majelis Fatwa dan Pusat Kajian Dewan Da'wah Pusat) HAJI KARBAL...
H.T.Romly Qomaruddien,MA. ( Ketua Ghazwul Fikri dan Harakah Haddamah Majelis Fatwa dan Pusat Kajian Dewan Da'wah Pusat)
HAJI KARBALA: Pelaksanaan "haji karbala", bukan sekedar kecemburuan dan puncak kekesalan Iran terhadap Saudi akhir-akhir ini, melainkan setting agenda yang sudah sekian lama dikobarkan.
Keinginan merebut haramain sebagai dua kota suci Islam sudah sekian lama pula diidam-idamkankannya sejak zaman Hamdan Qaramith (sekte kebathinan ekstrim Qaramithah yang meyakini Imam 'Ali sebagai cerminan Tuhan) hingga zaman Khomenei yang disebut-sebut sebagai Ayatullah Ruuhullah (ayat dan ruh Alloh).
Berbagai sikap pun ditunjukkannya kepada dunia; mulai dari gagasan "Internasionalisasi Haramain" Imam Khomenei, huru hara "demontrasi Makkah" atas nama anti Amerika, revolusi Qathif, demontrasi Damam, sampai penolakan penandatanganan "nota kesepakatan" keamanan pelaksanaan ibadah haji yang merugikan kaum ahlus sunnah Iran sendiri. Serta ulah-ulah lainnya yang lebih menggambarkan semangat kebencian yang mmposisikan Saudi seolah-olah Dinasti Umayyah yang wajib diperangi.
HAJI KARBALA: Pelaksanaan "haji karbala", bukan sekedar kecemburuan dan puncak kekesalan Iran terhadap Saudi akhir-akhir ini, melainkan setting agenda yang sudah sekian lama dikobarkan.
Keinginan merebut haramain sebagai dua kota suci Islam sudah sekian lama pula diidam-idamkankannya sejak zaman Hamdan Qaramith (sekte kebathinan ekstrim Qaramithah yang meyakini Imam 'Ali sebagai cerminan Tuhan) hingga zaman Khomenei yang disebut-sebut sebagai Ayatullah Ruuhullah (ayat dan ruh Alloh).
Berbagai sikap pun ditunjukkannya kepada dunia; mulai dari gagasan "Internasionalisasi Haramain" Imam Khomenei, huru hara "demontrasi Makkah" atas nama anti Amerika, revolusi Qathif, demontrasi Damam, sampai penolakan penandatanganan "nota kesepakatan" keamanan pelaksanaan ibadah haji yang merugikan kaum ahlus sunnah Iran sendiri. Serta ulah-ulah lainnya yang lebih menggambarkan semangat kebencian yang mmposisikan Saudi seolah-olah Dinasti Umayyah yang wajib diperangi.
Benar apa yang dikhawatirkan para analis
dan sejarawan selama ini; Walid al-A'zhami yang mnyebut Revolusi
Khomeneiyyah mrupakan warisan kebencian turun temurun dan penyebaran
pemikiran destruktif (Lihat Al-Khomeneiyyah Warietsatul Harakaat
al-Haaqidah wal Afkaar al-Faasidah: 1988), Dr. Abdul Mun'im an-Nimr yang
mengingatkan terjadinya persekongkolan merebut ka'bah telah dmulai sejak
masa lalu (Lihat Al-Mu'ammaraat 'alal Ka'bah minal Qaraamithah ilal
Khomeneiyyah: 1988) dan Dr. Raghib Sirjani, juga Dr. Adam bin 'Abdillah
al-Hilaly yang memaparkan bgmna cita-cita besar tegaknya kembali Daulah
Syi'ah atau Kembalinya Imperium Persia Raya yang tengah mereka
perjuangkan hingga memuncaknya keyakinan ideologis mereka dengan
dalil-dalih yang dibuatnya "Fa inna Karbala afdhalu minal Ka'bah".
Sesungguhnya Karbala lebih utama ketimbang Ka'bah. (Lihat Nashaaih
Ghaaliyah: 1988 dan As-Syi'ah Nidhaal am Dhalaal: 2014). Mari jangan
lupakan sejarah ...
Wallaahul musta'aan
Wallaahul musta'aan
